Kam, 15 Sep 2011
TRIBUNNEWS.COM - Sentuhan adalah satu-satunya dari lima indera yang tidak terpengaruh oleh usia. Saat kita menua, indra penciuman menjadi kurang tajam, indra perasa menjadi sulit membedakan, indra pendengaran menurun dan penglihatan memerlukan bantuan, tetapi indra peraba kita tidak pernah berubah. Malah, kebutuhan untuk menyentuh dan disentuh meningkat.
Sesungguhnya manusia terlahir dengan kebutuhan akan sentuhan. Jika bayi dan anak-anak kurang sentuhan, maka mereka akan tumbuh menjadi anak yang kurang peka dan sulit berempati pada orang lain.
Bukan hanya manusia, mamalia lain juga menyukai sentuhan. Ada banyak penelitian ilmiah pada orang utan, simpanse, kucing, atau anjing yang menunjukkan efek yang sangat berbeda antara bayi hewan-hewan itu ketika mereka banyak disentuh dan yang miskin sentuhan.
Diane Ackerman, penulis buku A Natural History of the Senses, menyebutkan peraba adalah indra dengan fungsi dan kualitas yang unik. Sentuhan akan berpengaruh pada seluruh organisme.
"Sentuhan lima kali lebih kuat dari kata-kata dan kontak emosional. Tidak ada indra lain yang mudah dibangkitkan selain lewat sentuhan," katanya.
Jika sentuhan dirasa tidak menyenangkan, tidak akan ada spesies. "Seorang ibu tidak akan menyentuh anaknya jika mereka tidak merasa hal itu menyenangkan. Jika kita tidak suka disentuh dan menyentuh, mungkin tidak akan ada seks," kata Saul Schanbergh.
Sebuah penelitian juga menunjukkan sentuhan dari pasangan yang dicintai memiliki kekuatan dua kali lipat dalam melawan stres. Sentuhan dan rasa nyaman yang diciptakan juga meningkatkan imunitas dan mempercepat kesembuhan.
Semakin bertambahnya usia, membuat kebutuhan akan rasa dicintai pun meningkat. Kita perlu belajar memberi sentuhan melalui pelukan, ciuman, atau berpegangan tangan pada orang yang kita cintai karena kebutuhan akan perasaan dicintai dan tidak sendiri merupakan salah satu cara manusia bertahan hidup.
Sesungguhnya manusia terlahir dengan kebutuhan akan sentuhan. Jika bayi dan anak-anak kurang sentuhan, maka mereka akan tumbuh menjadi anak yang kurang peka dan sulit berempati pada orang lain.
Bukan hanya manusia, mamalia lain juga menyukai sentuhan. Ada banyak penelitian ilmiah pada orang utan, simpanse, kucing, atau anjing yang menunjukkan efek yang sangat berbeda antara bayi hewan-hewan itu ketika mereka banyak disentuh dan yang miskin sentuhan.
Diane Ackerman, penulis buku A Natural History of the Senses, menyebutkan peraba adalah indra dengan fungsi dan kualitas yang unik. Sentuhan akan berpengaruh pada seluruh organisme.
"Sentuhan lima kali lebih kuat dari kata-kata dan kontak emosional. Tidak ada indra lain yang mudah dibangkitkan selain lewat sentuhan," katanya.
Jika sentuhan dirasa tidak menyenangkan, tidak akan ada spesies. "Seorang ibu tidak akan menyentuh anaknya jika mereka tidak merasa hal itu menyenangkan. Jika kita tidak suka disentuh dan menyentuh, mungkin tidak akan ada seks," kata Saul Schanbergh.
Sebuah penelitian juga menunjukkan sentuhan dari pasangan yang dicintai memiliki kekuatan dua kali lipat dalam melawan stres. Sentuhan dan rasa nyaman yang diciptakan juga meningkatkan imunitas dan mempercepat kesembuhan.
Semakin bertambahnya usia, membuat kebutuhan akan rasa dicintai pun meningkat. Kita perlu belajar memberi sentuhan melalui pelukan, ciuman, atau berpegangan tangan pada orang yang kita cintai karena kebutuhan akan perasaan dicintai dan tidak sendiri merupakan salah satu cara manusia bertahan hidup.














Nasib mereka sama saja: mati segan, hidup ngos-ngosan. Bagaimana dengan nasib seniman dan seniwatinya? Lebih parah lagi. Bahkan dalam pertunjukkan keliling, ada seniman yang terpaksa rela dibayar Rp2.000 per hari. Kalau naib lagi bagus, penonton lebih dari 50 orang, mereka bisa dapat Rp20.000. Sayangnya, kondisi seperti itu tidak setiap hari mereka alami. ”Sekarang hiburan sudah banyak. Mau nonton film tinggal beli VCD nonton di rumah. Televisi juga acaranya banyak. Orang jadi malas untuk datang ke gedung pertunjukkan,” ujar Timbul Suhardi, salah seorang seniman panggung yang mencoba bertahan. Timbul boleh dikatakan satu dari sedikit seniman yang mampu menghadapi perubahan dengan meracik tontonan yang masih bisa membetot perhatian penonton. Melalui Ketoprak Humor, yang ditayangkan di RCTI waktu itu, dia dan teman-teman eks srimulat dan ludruk bisa kembali terangkat ke permukaan. Tapi, nasib yang memilukan lebih banyak menimpa rekan-rekan sesama seniman panggung. Sebut saja Sri Hermina. Bintang panggung pada 1960-an ini sekarang hidup dalam kondisi yang mengenaskan. Di rumahnya yang berupa ruangan sepetak dia harus bertahan untuk tetap bisa hidup. Karena itu, wanita yang sudah sepuh tapi masih tampak sehat ini sangat gembira ketika sejumlah tokoh belakangan ini terlibat dalam pementasan kesenian tradisional. ”Ini warisan yang harus dijaga,” ujar Basofi Sudirman, mantan gubernur Jawa Timur yang tampil dalam pementasan Ketoprak berjudul Berdirinya Majapahit di Taman Ismail Marzuki 1 Februari 2007. Kesadaran yang sama dirasakan mantan Menteri Pariwisata Marzuki Usman, yang tampil sebagai Raja Kertanegara di lakon itu. Cerita tentang nasib kesenian tradisional yang terancam punah dan keterlibatan para tokoh – antara lain Mantan Menteri Perhubungan Agung Gumelar, Pimpinan RRI Parni Hadi, dan sejumlah tokoh perbankan dan Migas -- inilah yang diangkat Kick Andy kal ini. Bahkan lebih jauh, Andy F. Noya, ikut dalam pementasan sebagai Patih Segarawinotan, salah satu patih dari Jayakatwang, yang membunuh Kertanegara. berharap kesenian tradisional bisa hidup lagi dengan kehadiran sejumlah tokoh yang dilibatkan dalam pementasan. 
Kick Andy tak bosan-bosannya mengangkat topik seputar prestasi remaja Indonesia baik di dalam negeri dan manca negara. Ya, topik semacam ini kami harapkan dapat menginspirasi dan memacu warga Indonesia lainnya untuk lebih kreatif dan berlomba mengejar ketertinggalan negara kita di kancah internasional. Pada kesempatan ini kami akan hadirkan dua remaja yang berhasil menciptakan Eco-bot, dan sejumlah mahasiswa yang juga berhasil menemukan energi listrik dari kulit pisang, seorang dokter gigi yang menciptakan bor gigi bermusik, serta kreasi mahasiswa kita dalam menciptakan mobil berbahan bakar irit yang diikutsertakan pada ajang Shell Eco Marathon di Sepang, Malaysia Juli 2010 mendatang.
Siapa yang akan menyangka bahwa seorang Ciputra, Titiek Puspa dan mantan Menteri Negara BUMN Sugiharto, dulunya hidup sengsara dan kurang gizi. Namun kekurangan tersebut tidak menghalangi jalan mereka untuk bangkit dan sukses. Bagi mereka, untuk sukses tidak selalu harus dimulai dengan modal besar. Atau berasal dari keluarga mapan. Kesuksesan harus dikejar dengan keras keras, ketekunan, kreatifitas dan juga asas pantang menyerah saat menemui kegagalan.
Di tengah keterpurukan pendidikan nasional, sejumlah siswa mencetak beragam prestasi yang mengharumkan nama bangsa di dunia internasional. Dengan segala keterbatasannya, mereka mampu merajai berbagai ajang lomba atau olimpiade tingkat dunia. Kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan, telah membuat Adrienne T Sulistyo dan Vici R Tedja, meraih medali perak Olimpiade Proyek Lingkungan di Azerbaijan pada 1-6 April 2008 lalu. 2 siswi kelas 3 IPA SMU Santa Laurensia, Alam Sutra, Tangerang ini berhasil menemukan solusi sederhana dan murah meriah untuk mengatasi limbah styrofoam yang tak terdaur ulang atau terurai. Tanpa teknologi yang rumit, mereka membuktikan bahwa ekstrak kulit jeruk mampu mengolah limbah berbahan styrofoam sehingga bisa diurai oleh alam. 