Kamis, 01 Februari 2007 12:00:00 WIB
Nasib mereka sama saja: mati segan, hidup ngos-ngosan. Bagaimana dengan nasib seniman dan seniwatinya? Lebih parah lagi. Bahkan dalam pertunjukkan keliling, ada seniman yang terpaksa rela dibayar Rp2.000 per hari. Kalau naib lagi bagus, penonton lebih dari 50 orang, mereka bisa dapat Rp20.000. Sayangnya, kondisi seperti itu tidak setiap hari mereka alami. ”Sekarang hiburan sudah banyak. Mau nonton film tinggal beli VCD nonton di rumah. Televisi juga acaranya banyak. Orang jadi malas untuk datang ke gedung pertunjukkan,” ujar Timbul Suhardi, salah seorang seniman panggung yang mencoba bertahan. Timbul boleh dikatakan satu dari sedikit seniman yang mampu menghadapi perubahan dengan meracik tontonan yang masih bisa membetot perhatian penonton. Melalui Ketoprak Humor, yang ditayangkan di RCTI waktu itu, dia dan teman-teman eks srimulat dan ludruk bisa kembali terangkat ke permukaan. Tapi, nasib yang memilukan lebih banyak menimpa rekan-rekan sesama seniman panggung. Sebut saja Sri Hermina. Bintang panggung pada 1960-an ini sekarang hidup dalam kondisi yang mengenaskan. Di rumahnya yang berupa ruangan sepetak dia harus bertahan untuk tetap bisa hidup. Karena itu, wanita yang sudah sepuh tapi masih tampak sehat ini sangat gembira ketika sejumlah tokoh belakangan ini terlibat dalam pementasan kesenian tradisional. ”Ini warisan yang harus dijaga,” ujar Basofi Sudirman, mantan gubernur Jawa Timur yang tampil dalam pementasan Ketoprak berjudul Berdirinya Majapahit di Taman Ismail Marzuki 1 Februari 2007. Kesadaran yang sama dirasakan mantan Menteri Pariwisata Marzuki Usman, yang tampil sebagai Raja Kertanegara di lakon itu. Cerita tentang nasib kesenian tradisional yang terancam punah dan keterlibatan para tokoh – antara lain Mantan Menteri Perhubungan Agung Gumelar, Pimpinan RRI Parni Hadi, dan sejumlah tokoh perbankan dan Migas -- inilah yang diangkat Kick Andy kal ini. Bahkan lebih jauh, Andy F. Noya, ikut dalam pementasan sebagai Patih Segarawinotan, salah satu patih dari Jayakatwang, yang membunuh Kertanegara. berharap kesenian tradisional bisa hidup lagi dengan kehadiran sejumlah tokoh yang dilibatkan dalam pementasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar